#UNKita, Sebuah Refleksi yang Menggugah
Pendidikan negeri ini sungguh meresahkan benakku.
Hampir semua carut marutnya terekspose di setiap laman web ,perkataan orang dan
lembar koran yang kubaca. Kita akan urai salah satu permasalahan. Yaitu ada apa
dengan #UNKita ? Seperti yang kita dengar beritanya
kemarin, bahwa UN tahun ini adalah yang terburuk dalam hal pelaksanaannya.
Dimulai dari telatnya Distribusi soal, UN yang tak mulai serentak, hingga
masalah klasik yaitu sontek-menyontek. Ada apa dengan bangsa ini? Ada apa
dengan generasinya? Ada apa dengan Pemerintah?
Semuanya saling
menyalahkan, masyarakat salahkan pemerintah, Pemerintah 'membela diri' dengan
salahkan Percetakan dan percetakan salahkan pemerintah. Semoga ini bukan sample
pertanda buruknya moralitas bangsa ini. seperti yang kita ketahui sekarang
#UNKita memiliki 20 paket soal (Fantastis!!). Apakah ini bukti bahwa
pemerintah tak percaya lagi dengan generasi muda? Dan efeknyapun sudah dapat
ditebak, praktek 'kotor' dilapangan semakin menunjukkan tajinya, tak
tanggung-tanggung hampir semua elemen yang berhubungan dengan #UNKita ini
terlibat. Dan Mental Orang tua serta anak mereka pun semakin tertekan !! Dan
tak mungkin bisa dijamin bahwa ke 20 Paket Soal itu memiliki tingkat kesulitan
yang sama
Dalam pandangan
saya, dalam hal ini SISTEM sudah baik (Karena dibuat seideal mungkin)
namun letak permasalahannya adalah di MASYARAKAT dan PEMERINTAH dimana
PEMERINTAH belum bisa melaksanakan kewajibannya untuk menyediakan pendidikan
yang layak bagi Para Generasi muda bangsa ini padahal Anggaran pendidikan kita
sudah 20% dari APBN yang sekitar 1000 Triliun setiap tahunnya. Kita semakin
terjerat dengan dorongan Kapitalisasi Pendidikan yang membuat Hak Dasar ini
belum bisa dinikmati oleh semua kalangan. Dan MASYARAKAT pun tak sedikit yang
berpikir untuk menghalalkan segala cara guna #UNKita dapat diselesaikan. Mental
yang terbangun turun temurun akibat penerapan system yang keliru serta pola
pendidikan karakter yang tak terbangun sejak dari keluarga.
Kekeliruan Pemerintah (Entah Legislatif, Depdiknas):
·
20%
APBN , Alokasi untuk anggaran Pendidikan
Sebenarnya jumlah Uang ini sudah cukup
untuk memenuhi kewajiban pemerintah untuk menyediakan pendidikan yang
menjangkau semua kalangan. Namun dalam pelaksanaannya, pengawasan dan mental
kotor membut dana yang seharusnya cukup ini malah jadi kekurangan. Membuat
Siswa harus belajar dengan penuh rasa was-was , akibat Atap yang lapuk, membuat
siswa harus belajar di kandang kambing, membuat siswa harus menjalani #UNKita
di tenda tenda yang dibuat secara dadakan, membuat jurang lebar guna
mendapatkan pendidikan yang layak (Buat yang layak saja susah dicapai, apalagi
yang bagus?) , Hilangkan Kapitalisasi pendidikan kita, Transparansi pengelolaan
dana, tanggap dengan permasalahan di daerah, dan pantau terus. Satu lagi hal
yang penting LURUSKAN NIAT dan terus UPGRADE KARAKTER
]
·
2
Jam Seminggu
2 Jam seminggu, itulah kenyataan nya, Pendidikan Agama di negeri ini hanya
dialokasikan 2 Jam seminggu, berbeda dengan mata pelajaran eksak lainnya yang
rata-rata 4 Jam seminggu. Ini terjadi dari tingkat SD hingga PT. Apa yang
sebenarnya yang ingin dicapai oleh Bangsa Ini. Generasi Yang Super Ilmiah
namun Agamanya Rapuh? Bagaimana tidak,
terciptanya lingkaran setan #UNKita dimana siswa menyontek adalah buah dari
kelirunya penerapan system kita. Mereka yang kosong karakter luhur, menjadi alasan
penambahan paket soal, yang nyata2 ini kesalahan [enerapan system
Kekeliruan Masyarakat:
·
Tak
dari Awal
Pendidikan Karakter sejatinya harus sudah mulai ditanam sejak ndari lingkungan
terkecil yaitu keluarga. Inilah yang memainkan peranan penting dalam
keberlanjutan karakter GENERASI MUDA agar tak mudah tergoda dengan godaan
menyontek dan lainnya.
Sehingga mau paket soal hingga 100 pun, mereka tetap tenanga, karena sikap
jujur dan mau berusaha telah tertanam.
Dan akhirnya, Refleksi ini mengantarkan kita untuk menyadari
kesalahan masing masing dari kita. Banyak aspek yang seharusnya dengan tanggap
dibenahi tanpa harus berlarut larut untuk dipermasalahkan dan dipersalahkan.
Jangan buang buang energy kita untuk hal hal yang percuma. Sehingga pada
akhirnya diharapkan agar Pendidikan yang Layak ( dan mungkin Bagus) di Indonesia dapat diakses
denga mudah oleh semua Kalangan.
|#UNKita|#UNJujur|#UNBersih|#UNCerdas|
Comments
Post a Comment